Ikhlas, satu kata yang familiar di telinga kita, namun sangat sulit untuk mempraktekkan secara konsisten. Saya pun merasa terkadang ada keinginan-keinginan tertentu ketika kita berbuat sesuatu untuk orang lain. Keinginan-keinginan yang mengikuti dan tersembunyi tersebut dapat menjadi bumerang. Yang pada akhirnya menghapus semua niatan baik.
Bahaya banget khan?
Yeah, simpelnya begini. Semua perbuatan baik kita nggak akan berarti, jika ada keinginan untuk dilihat, dipuji dan sebagainya. Sepulang sholat Jum'at hari ini, saya membaca selebaran di masjid kampus, yang berisi tentang ciri-ciri bahwa suatu perbuatan dilakukan dengan ikhlas.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita takut akan popularitas. Padahal, siapa sih yang pengen nggak dikenal? Semua orang, ingin disebut-sebut namanya oleh orang lain. Hanya saja, menjadi hal yang negatif jika diikuti ambisi yang berlebihan serta sikap yang rakus. Berarti pada poin ini, saya harus menjaga hati untuk tidak terlalu berambisi mengejar seuatu, bertindak sewajarnya dan bertawakkal kepadaNya, karena Dia tahu yang terbaik untuk saya.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita mengakui diri banyak kekurangan. Berarti, sikap pamer itu nggak ada gunanya. Karena hanya membuat saya menjadi sombong.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita cenderung menyembunyikan amal kebajikan. Berarti saya harus selalu berusaha agar amal ibadah, hanya diketahui oleh Sang Pencipta dan saya sendiri.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita selalu siap ditempatkan sebagai pemimpin atau perajurit. Hal ini artinya, pada posisi apapun baik itu dibawah atau diatas, saya harus selalu bekerja dengan profesional dan melakukan yang terbaik. Karena pada dasarnya, saya bekerja untuk mendapat ridhaNya.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita mengutamakan keridhaan Yang Maha Kuasa. Karena Dia yang menguasai alam beserta isinya, jadi seharusnyalah saya caper kepadanya, bukan kepada manusia.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita cinta dan marah karena Allah. Berarti, semua yang saya cintai akan abadi bila melandaskan pada Cinta-Nya. Keluarga, ilmu, semuanya.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita sabar terhadap panjangnya jalan. Memang benar kata pepatah yang pernah saya dengar, "Jika kita ingin melihat pelangi, maka kita harus sabar menanti hujan hingga reda". Setidaknya ini meyakinkan saya, bahwa semua itu berproses, bahkan "Kun fa yakun" itulah prosesnya. Setiap terpaan dalam hidup, adalah latihan yang akan membuat saya semakin kuat untuk menghadapi level game kehidupan berikutnya.
Perbuatan kita dikatakan ikhlas bila kita merasa gembira ketika kawan memiliki kelebihan. Dan saya membenarkan ini, karena kita akan selalu berhubungan dengan orang lain, sukses saya adalah sukses orang-orang yang membantu saya, Sudah selayaknya saya pun turut senang ketika kawan berbagia, yang pada saatnya mereka pun akan ikut bahagia ketika saya berbagia.
Semoga saya tetap istiqamah dalam kebaikan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar