Presentasi atau berbicara di muka umum, terdengar manakutkan bagi sebagian orang. Termasuk saya. Setiap kali ditunjuk untuk maju dan berbicara di hadapan beberapa orang, saya selalu gemetaran. Jantung berdetak lebih cepat dari biasanya. Benar-benar hal yang nggak nyaman. Walaupun dulunya ketika menuntut ilmu di pondok, selalu ada latihan pidato setiao malam Jum'at, ternyata itu tidak membuahkan hasil apa-apa.
Saya pun mau tak mau harus belajar mengendalikan kata, agar bisa berbicara. Latihan dimulai ketika saya aktif di BEM Politeknik Negeri Malang. Berawal dari pembicaraan di hadapan grup kecil, semakin membesar, hingga audiens yang berasal dari seluruh fungsionaris. Yeah, latihan memang harus selalu dari lingkup yang terkecil.
Tantangan berikutnya, saya ambil ketika kami mempunyai program kerja Rapat Tahunan dengan Pimpinan Kampus. Rapat tersebut menghadirkan para petinggi kampus dan di hadiri oleh perwakilan dari seluruh Mahasiswa aktif. Rapat tersebut membahas berbagai hal tentang kebijakan kampus. Pengalaman pertama bagi saya, menjadi MC di acara formal. Banyak reaksi baik positif maupun negatif mengenai penampilan saya saat itu. Tapi tak masalah, namanya juga latihan.
Lama tak melatih kemampuan bicara, karena "kabur" ke Jogja. Saya kembali dihadapkan pada permasalahan yang sama. Mengingat, kuliah yang saya ambil adalah komunikasi, jadi hampir semua pertemuan kuliah mensyaratkan presentasi dalam kegiatan pembelajarannya. Wah, kacau deh...
Tugas pertama, ketika ada mata kuliah Akhlak Tasawuf. Dengan persiapan seadanya, saya mencoba memunculkan kembali keberanian yang terpendam itu. Bermodal hafalan tentang materi yang akan di sampaikan, saya nekat mencoba berimprofisasi ketika berbicara. Hal itu memunculkan komentar dari teman-teman, salah satunya bilang bahwa saya lebih cocok jadi pembawa acara infotainment. He...
Pengalaman adalah guru terbaik, terlebih pengalaman orang lain, guru yang paling baik. Karena kita bisa cepat belajar, tanpa melewati semua proses yang sama. Tak perlu Trial Error terlalu banyak. Konsep ini saya anut, karena bagi saya, waktu adalah segalanya. Nggak rela aja, terbuang buat yang nggak penting.
Beruntung, ada TV One yang Road Show ke Jogja ketika itu. Saya mengamati betul, bagaimana cara ketiga pembicaranya melakukan presentasi. Membuat para hadirin serius mendengarkan apa yang mereka sampaikan. Sangat inspiring!
Berikutnya, saya selalu terpesona dengan salah satu dosen, yang mampu menyampaikan mata kuliah dengan sangat menarik. Seakan-akan membawa kami ke dunia lain. Lebay model ON. He...
Ternyata semua itu ada ilmunya, yaitu, retorika. Teknik dasarnya sederhana; penemuan, penyusunan, gaya, memori, dan penyampaian.
Penemuan berarti poin dan kata kunci yang ingin disampaikan harus kita ketahui, agar arah pembicaraan jelas.
Penyusunan berarti urutan-urutan yang ingin disampaikan, kita akan mulai berbicara darimana hingga menuju poin inti.
Gaya berarti pembawaan kita saat berbicara, berbicara dengan gaya kita sendiri akan lebih berhasil. Disamping karena kita lebih rileks, juga membuat audiens nyaman.
Memori berkaitan dengan ingatan dan pengetahuan kita tentang topik yang akan dibahas. Untuk yang satu ini, banyak membaca sangat di anjurkan, karena akan memperluas pengetahuan kita, serta memudahkan kita untuk mengkaitkan topik bahasan kedalam contoh kehidupan sehari-hari.
Penyampaian menjadi poin akhir, karena menjadi pembungkus semua teknik di atas. Kalau saya pribadi mengartikan penyampaian seperti cara kita berbicara dengan orang lain. Menatap mata audiens, fokus, tidak terpengaruh keadaan, mempengaruhi audiens dengan pola pikir kita dan sebagainya. Agak kompleks, tapi bisa ditemukan dengan latihan terus menerus.
Dari ilmu tersebut, saya adopsi sedikit. Dan ketika kemarin mendapat tugas presentasi mengenai Perspektif Komunikasi Internasional, saya memanfaatkannya dengan maksimal.
Persiapan yang cukup, selain dari buku acuan juga bacaan tambahan yang melimpah di internet.
Mencoba mengkaitkan contoh-contoh dengan kehidupan sehari-hari, selain memudahkan kita mengingat poin yang ingin disampaikan, juga akan lebih diterima audiens.
Menggunakan humor-humor ringan yang sedang hangat diperbincangkan diantara teman-teman.
Dari sisi slide Power Point, saya membuatnya jadi lebih simpel, tulisan yang singkat dan tidak terlalu banyak. Berikan tambahan gambar yang cocok. Ibarat iklan, audiens hanya butuh waktu kurang lebih 5 detik untuk mencerna isi sebuah slide, jadi hindari item-item yang tidak penting.
Dan terakhir, intonasi kita sangat berpengaruh. Tempatkan pada saat yang tepat, tinggi dan rendah.
Dan hasilnya, applaus dan komentar positif berdatangan...
Senang sekali rasanya. Yeah, saya pun harus terus belajar, agar bisa sekaliber Tantowi Yahya, Oprah, dan Larry King.
Mari, kita terus belajar kawan!
Haha.. pengalaman yang menarik mas!!!
BalasHapusmakasih dah bagi2 ilmu public speaking!! Q juga br belajar pas di kampuz. yang penting modal nekad dulu deh kalau mau maju!
Alhamdulillah,, nilai mata kuliah q dpt 'A' hehehe
jd suka dpt tawaran jd MC/debater/moderator d acara kampus tw antar kampus. memang blm banyak sh pengalaman aq d public speaking, tp seandainya ada kesempatan lagi, Insya Allah aq gak akan nolak! SEMANGAT!!!!
Nah, gitu donk!
BalasHapusyang penting tu, berani dulu, jangan takut salah.
Semangat terus y ^_^