Selasa

It's A Small Big-Big-World

Gambar pinjam dari deviantart.com

Beberapa hari lalu, iseng-iseng saya berbincang dengan teman asal Yunani, Konstantinos Skenteridis alias Kingkostas. Setelah ngalor ngidul membahas art, painting dan design, kami nyangkut di obrolan tentang keluarga. Tentang bagaimana kehidupan dia di Yunani sana.


Dia bercerita bagaimana kondisi industri seni di Yunani tidaklah menggembirakan. Dia bercerita dua pengembang game, satu hancur karena konflik internal dan yang lain tidak jelas berjalan ke mana. Dia bercerita apa yang dipelajarinya belum banyak berarti karena atmosfir kreatif di sana belumlah banyak berkembang.

Kalau boleh dibilang, Konstantinos tidak pernah berprestasi di sekolah. Ketika ingin belajar seni, keluarganya menolak ide itu, namun ia tetap masuk ke jurusan seni. Setelah belajar keras selama bertahun-tahun, nampak dari sketchbook online-nya yang mencapai lebih dari 100 halaman dan karya-karyanya, dia akhirnya mampu membawa uang pulang untuk ditunjukkan kepada orang tuanya. Pandangan mereka dan juga dunia pada Konstantinos berubah sejak itu.

Mendengar cerita Konstantinos, saya jadi ingat tentang Jason Manley. Terlepas dia berasal dari Amerika di mana seni telah amat berkembang dan menjadi industri besar, ayahnya tidak setuju dia belajar seni. Jason tidak menyelesaikan sekolahnya, pada umur 17 tahun dia tidak lagi memiliki tempat untuk dipanggil "rumah". Bekerja di 2-3 tempat setiap hari untuk memberi makan adiknya yang berumur 14 tahun, sambil mengumpulkan uang untuk kuliah dan terus belajar seni.








Sekarang Jason Manley adalah pemilik Massive Black, salah satu perusahaan concept design terbesar di dunia (sebagai perbandingan, portofolio yang di Massive Black hanya masuk tempat sampah, langsung diterima di Pixar).

Moral here?
Jangan pikir hanya kita yang menghadapi dinding penghalang. Semua orang menghadapi masalah yang serupa.

It's all just the same everywhere.
The difference is how you face it...


-bramu-
[Rubrik Art ini bekerjasama dengan Bram]

Rabu

Pin Tema Jogja dan Indonesia





Menanggapi isu keistimewaan Yogyakarta, kami pun ikut terbawa arus. Namun kami tak punya wewenang untuk berbicara apapun. Kami pun bisu. Dan inilah bentuk kebisuan kami. Kami hanya ingin semua berjalan sebagaimana adanya, tak perlu ada perubahan apapun. Jogjaku...Indonesiaku...

Pin Logo dan Maskot UIN

Memory Book HEC-2

Waktu di Pare, dapet ide untuk buat Memory book yang beda dengan default yang disediakan oleh pengelola. So, this is it!

Tugas Desain Company Profile





Company Profile Konsep Kado Tahun Baru / Ulang Tahun
Alasan:
1. Memberikan kejutan kepada klien
>>Seakan-akan mereka sedang berulang tahun dan mendapat kado istimewa dari seseorang

2.Membuat klien merasa tersanjung
>>Klien kami adalah perusahaan potensial untuk berkembang

3. Menampilkan sesuatu yang unik
>>Sehingga klien kami akan selalu ingat dengan apa yang kami lakukan

4. Menampilkan sesuatu yang berbeda
>>Sehingga klien kami akan percaya, bahwa kami perusahaan yang kreatif

5. Karena kami di ajar oleh Ibu Yani yang Cantiq
>>Sehingga kami semua bersemangat membuat company profile yang bagus2

Gerakan Satu Hati UIN Sunan Kalijaga

Diskusi Pariwisata Jogja Pasca Bencana

Lecturing On Trip #3 Mahasiswa Ikom UIN 2009



Alhamdulillah, berkat perjuangan yang keras, acara teman-teman mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN angkatan 2009, dapat terlaksana dengan baik. Acara ini merupakan salah satu realisasi dari Dana Pengembangan Pendidikan angkatan 2009.
Setelah melalui banyak rapat yang menguras energi, akhirnya panitia yang terbentuk memutuskan untuk mengadakan kunjungan ke Semarang. Kunjungan kami kali ini tidak sejauh angkatan sebelumya, yaitu ke Jakarta.  Karena didasari pertimbangan anggaran yang terbatas. Tujuan kunjungan pun ditetapkan, yaitu PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Central Java dan Suara Merdeka. Dua perusahaan yang cukup besar, dan layak dijadikan tempat menimba ilmu.
Selasa, 14 Desember 2010 pukul 07.30 kami berangkat dari kampus menuju Semarang. Perjalanan menyenangkan diiringi canda dan tawa teman-teman menyusuri jalan yang berkelok-kelok. Rombongan kami yang terdiri dari dua Bus, akhirnya tiba di Coca-Cola kurang lebih pukul 09.00. Kami langsung disambut oleh PR Officer Coca-Cola, Ibu Ida, di aula penerimaan tamu. Suguhan sebotol Coca-Cola dingin cukup mengobati rasa letih selama perjalanan.
Di ruang aula, kami mendapat penjelasan tentang profil Coca-Cola, mulai dari sejarah pendiriannya hingga tiba di Indonesia. Dijelaskan pula mengenai proses dan bahan yang digunakan untuk peracikan aneka jenis minuman.Yang paling menarik, tentu adalah tentang bagaimana proses komunikasi perusahaan kepada khalayaknya, sesuai bidang keilmuan kami. Terbukti dari antusiasme teman-teman dalam menggali informasi mengenai program-program CSR Coca-Cola.
Puas bertanya-tanya, kami kemudian diajak berkeliling komplek perusahaan. Melihat proses produksi dan pembotolan minuman. Kami menyaksikan langsung bagaimana cepatnya proses pengemasan, mulai dari botol bekas yang didatangkan dari otlet-otlet penjualan dimasukkan kedalam mesin pencuci, lalu keluar dalam keadaan bersih dan langsungn diisi lagi untuk kemudian di edarkan kembali.
Sungguh pengalaman yang luar biasa.

Setelah dari Coca-Cola, kamipun melajutkan perjalanan ke Suara Merdeka. Terdapat cerita unik ketika perjalanan menuju Suara Merdeka. Supir bus kami ternyata belum mengetahui alamatnya, sehingga kami kebablasan. Akibatnya, kamipun terpaksa memutar cukup jauh, untuk kembali ke jalur yang benar :)
Beberapa teman yang sebelumya pernah kesana, ternyata juga terkecoh akibat beberapa perubahan desain eksterior dan papan nama.

Di Suara Merdeka, kami pun kembali mendapat pengalaman yang tak terlupakan. Mulai dari penjelasan tentang sejarah surat kabar tersebut, yang ternyata termasuk koran tertua di Indonesia, telah ada sejak Proklamasi Kemerdekaan. Kami juga melihat mesin-mesin cetak yang cukup besar, walau belum beruntung melihat proses produksinya. Hal yang paling menarik adalah di bagian ruang kerja, tiap meja menggunakan Mac. Keren banget cuy! Wah, kapan ya bisa punya perusahaan dengan ruang kerja seperti itu? :)

Kami shalat ashar di Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid yang juga menjadi tempat pariwisata karena daya tarik arsitekturnya. Walau sempat terganggu, karena hujan deras yang datang tiba-tiba, sehingga beberapa anggota rombongan basah kuyup. Termasuk Pak Siantari, dosen pendamping kami. Ternyata teman-teman sangat menikmati suasana di Masjid Agung. Setelah hujan lumyan reda, beramai-ramailah mereka mengambil gambar dengan pose terunik. Termasuk Pak Mahfudz, yang special request minta difoto seolah-olah memegang puncak menara. Aduh, ada-ada saja bapak dosen kami ini.

The last destination is Tugu Muda. Setelah melewati Kota Lama Semarang yang di landa banjir hebat, sehingga cukup memperlambat perjalanan kami, sampailah kami. Bus pun langsung diparkir di area Lawang Sewu. Setelah itu, teman-teman dipersilahkan untuk berjalan-jalan. Ada yang ke mal, ke tugu, hingga ada yang langsung membeli oleh-oleh.

Pukul tujuh lewat, kami pun berangkat untuk pulang kembali ke Jogja. Perjalanan penuh harmoni kebersamaan pun telah selesai. Nyanyian lagu 'balonku ada lima' dilantunkan bersama-sama, menutup keceriaan hari ini :)

Semiloka Marketing Communication