Minggu

Rindu Pulang Kampung




“Saya rindu pulang kampung!” Sambil membenarkan posisi duduk, saya berguman dalam hati. Yeah, malam ini saya membaca ulasan salah satu surat kabar tentang keindahan alam pulau Lombok, tanah kelahiran saya. Saya coba kembali mengenang masa-masa ketika saya kecil dahulu.

Saya lahir dan besar di lingkungan sederhana. Bermain bersama teman dalam suasana kampung yang akrab. Tempat-tempat wisata alam bersama keluarga memang menyenangkan. Namun semua tampak biasa, karena memang sehari-hari bertatapan dengan keadaan yang demikian. Bagi saya kala itu, pulau ini masih banyak tertinggal di banding daerah lain.

Setamat Sekolah Dasar (SD), saya memutuskan untuk melanjutkan sekolah di pulau Jawa. Kala itu, pulau jawa begitu mempesona bagi saya pribadi. Melalui koran, majalah dan televise saya mengetahui sedikit hal tentang kemajuan di pulau Jawa. Kesan modern, maju dan berkembang melekat dalam benak saya. Melihat truk-truk besar, gedung-gedung, jalan tol, dan pesawat menjadi daya tarik saya untuk keluar dari pulau kelahiran.

Ingatan saya pun terbang, mengingat kembali berbagai perubahan landscape pariwisata di Indonesia pasca Bom Bali. Wisatawan yang masih trauma dengan keadaan Bali, mencoba mencari alternatif wisata lain. Yang tak kalah indah dengan Bali, namun mampu menawarkan suasana aman dan nyaman. Menurut mereka, pulau Lombok lah jawabannya.

Kemudian, Lombok pun mulai naik daun. Berbagai tempat wisata yang dulu biasa saya kunjungi, mulai ramai di bicarakan di media cetak dan televisi. Artikel-artikel pariwisata berlomba-lomba turut mencantumkan Lombok sebagai rekomendasi tempat berlibur. Para produser program televisi pun tak ingin ketinggalan, mereka membuat liputan khusus tentang perjalanan wisata ke Lombok,  lengkap dengan informasi jalur dan tempat penginapan. Hingga beberapa waktu lalu, salah satu merek rokok di Indonesia membuat iklan bertemakan jelajah Indonesia. Tak lupa, keindahan Rinjani, gunung tertinggi di Lombok, di tampilkan dengan sangat mempesona.

Sebagai orang yang lahir di Lombok, saya turut bangga dengan hal ini. Bagaimana tidak, tempat yang dulunya biasa bagi saya, kini tampak luar biasa. Media benar-benar berhasil mengemas pariwisata di pulau ini menjadi sangat mempesona. Mengalahkan daya pesona pulau Jawa bagi saya, seperti kala itu. Walau saat ini saya memutuskan untuk menetap di Jawa, namun muncul kerinduan untuk turut kembali menikmati keindahan pulau kelahiran. Saya baru merasakan, betapa banyak hal istimewa yang dimiliki oleh pulau Lombok. Betapa tempat-tempat wisata disana, benar-benar tak dimiliki oleh daerah lain. Betapa saya merasakan tanah kelahiran, begitu berharga ketika sedikit jauh darinya.

Mungkin karir saya akan benar-benar berkembang di Jawa, atau mungkin kembali ke tanah kelahiran menjadi takdir saya. Siapa yang tahu? Apa pun itu, entah anjuran untuk ‘bali desa bangun desa’ akan saya terima atau tidak. Namun yang pasti, "Saya rindu pulang kampung".