Selasa

YOT Walk Memperingati Hari AIDS Se-Dunia
















Memperingati hari AIDS se-dunia yang jatuh tepat pada tanggal 1 Desember 2013, Young On Top Yogyakarta mengadakan #YOTWalk bertemakan "Jalan Sehat dan Bersih Jalan."

#YOTWalk diadakan di sepanjang Jalan Malioboro Yogyakarta, dimulai dari depan Hotel Ina Garuda dan finish sampai titik 0 km Yogyakarta. 

Young On Top Yogyakarta, dalam #YOTWalk ini, juga mengajak YOTers, anak-anak muda Yogyakarta, dan komunitas-komunitas yang concern di bidang lingkungan dan kesehatan, diantaranya Earth Hour Jogjakarta, HiLo Yogyakarta, Green Technology, L-Men Yogyakarta, Jogja Berkebun, Yayasan KAGEM, dan masih banyak lagi yang lain.

Young On Top Yogyakarta mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh YOTers yang terlibat, para media partner dan instansi pemerintah, teman-teman komunitas, yang semuanya telah ikut membantu mensukseskan kegiatan ini. Mari terus jaga kontak, jaga semangat, untuk kolaborasi dan beraksi!

Project #YOTWalk ini didukung oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi DI Yogyakarta, Hotel Inna Garuda, Kedaulatan Rakyat, Tribun Jogja, Jogja TV, Adi TV, Jogjaku, dan Jogja Wisata

See you on TOP!

Minggu

Jadi Pemuda Aktif Ala YOT - Jawa Pos



Alhamdulillah, Jum'at kemarin (15/11/13) YOT Yogyakarta berkesempatan tampil di rubrik Town Square Radar Jogja | Jawa Pos. Saya sangat berterimakasih kepada saudara Rygen dan Aris yang sudah bersedia meliput.

Liputan YOT Yogyakarta kali ini adalah seputar menjadi pemuda aktif. YOT Yogyakarta mengajak anak-anak muda Jogja untuk saling belajar dan berbagi melalui berbagai diskusi dan kegiatan positif. Semangat YOT Yogyakarta ini direpresentasikan dalam berbagai YOT Class yang diadakan tiap bulan. Melalui YOT Class, YOTers, panggilan akrab anggota YOT, bisa bertukar pengetahuan baru yang didapat dari pengalaman sehari-hari.
Dalam setiap sesi YOT Class, YOT Yogyakarta selalu menghadirkan inspirator-inspirator yang punya prestasi di bidangnya.

Senang sekali rasanya, komunitas yang hampir genap setahun di Jogja ini mulai melangkahkan kakinya ke pentas yang lebih besar.

Ya, dengan penambahan sejumlah personil pengurus, YOT Yogyakarta siap membuat beberapa kegiatan positif untuk anak muda Jogja. Nantikan saja beritanya ya kawan :)

Sabtu

Problematika Sampah di Lombok


Beberapa waktu lalu, saya berbagi pemikiran dengan beberapa sahabat mengenai permasalahan yang ada di pulau Lombok, NTB. Fokus permasalahan yang saya angkat mengenai sampah. Saya memanfaatkan social media untuk mengangkat permasalahan ini menjadi topik diskusi. Berikut cerita lengkapnya:

Okey,kita mulai sharing malam ini tentang problematika sampah di lombok. Sharing ini bersifat terbuka. Jadi kalau ada rekan-rekan yang mau menanggapi, sangat dipersilahkan. Kita mencari solusi bersama.

Saya meninggalkan lombok cukup lama. Beberapa tahun saya habiskan untuk akhirnya bisa kembali sejenak. Banyak sekali yang berubah,terutama dari pertumbuhan penduduk di wilayah kota Mataram. Hal ini tampak dari pertumbuhan perumahan di wilayah2 pengembangan kota Mataram. Beberapa tahun lalu, di samping kanan, kiri dan belakang rumah saya adalah area persawahan. Tapi sekarang,sawah-sawah itu sudah berubah menjadi komplek-komplek perumahan. Sungai-sungai tempat saya & rekan-rekan masa kecil dahulu mencari ikan, sudah diapit oleh tembok-tembok.

Nah,pertumbuhan pemukiman di lombok ini tentu memunculkan problematika baru. Salah satunya adalah sampah. Setelah berkeliling selama dua minggu ini, saya memandang bahwa sampah menjadi problem cukup serius di lombok. Di batas wilayah pemukiman-pemukiman, biasanya ada titik pembuangan sampah "liar". Yang saya maksudkan "Liar" dalam arti, sampah tidak dikelola oleh dinas kebersihan kota. Masyarakat membuang sendiri di titik itu,hingga menumpuk. Sisi negatif yang muncul dari titik sampah "Liar" itu adalah bau yg tak sedap dan pemandangan yg kurang nyaman. Padahal, seiring dengan pertumbuhan ekonomi lombok, permasalahan sampah ini harus mulai dianggap serius. Kita perlu belajar dari tetangga terkait hal ini.

Ternyata, problematika sampah ini juga tidak hanya terjadi di daerah kantung urban lombok tetapi juga di wilayah pedesaan. Kemarin saya berjalan-jalan ke daerah KarangBayan. Saya juga menemukan tumpukan sampah hingga menggunung di batas salah satu desa. Sampah yang ada di salah desa itu juga berserakan di sepanjang jalan setapak menuju area perkebunan dan persawahan.

Tadi pagi,saat saya hendak menanam pohon Glodokan Tiang di pinggir ruas jalan depan halaman rumah. Saya jg menemukan banyak potongan kecil sampah plastik. Perbandingannya,dalam volume lubang 30 x 30 x 50 cm, saya menemukan potongan sampah plastik hingga mencapai volume 150 ml kemasan botol air kemasan.

Kebayang kan, kualitas tanah di sekitarnya? Dan ini bakal berlangsung hingga bertahun-tahun. Padahal sampahnya sendiri sulit terurai. Yang diperlukan memang campaign buat penyadaran,agar masyarakat ngurangi habit buang sampah sembarangan di jalan. Atau dengan pengelolaan Bank Sampah berbasis gotong royong seperti yang dikembangkan di Jogja.

Mungkin, ada rekan-rekan yang punya metode pengelolaan sampah yang baik, mau menyempatkan berbagi ilmu dan pengalamannya di lombok? Saya dengan senang hati melanjutkan diskusi sampah ini lebih serius dg rekan-rekan yang mau membantu.

Itu sekilas cerita dari lombok dengan problematika sampahnya..

Bagaimana ceritamu?

Saya bersyukur, ternyata banyak sahabat-sahabat yang peduli dengan permasalahan ini. Hal ini tampak dari feedback yang mereka berikan terhadap topik diskusi saya. Berikut beberapa ide mereka yang berhasil saya kumpulkan

Andra Muhammad Afkhori:
sampah it di mulai dr ksadaran diri....dan pemerintah jg harus memfasilitasi dg diperbanyak tmpat smpah.....

Terabyte Damn:
pake bahasa yang awam vid.. masyarakat kita kalo diterangin pke wawasan2 luas dan bahasa2 yang agak berat bakal susah diterima. :)

Muhamad Rifefan: 
Kalo di sleman (tmpt KKN) Hubungi dinas PU ,biasanya akan ada tindak lanjut.

Untk edukasi pengelolaan sampah ada dari KLH(kantr ling hdup) stempat :)

Terabyte Damn: 
temui tokoh2 masyarakat setempat... ajak diskusi...
atau ente bisa adakan acara yang melibatkan masyarakat setempat. seperti lomba2..
lomba kebersihan mungkin..

atau adakan acara yang kiranya menarik masyarakat sana untuk mengikuti acara tsb. kemudian d puncak acara, baru ente ajakin mereka untuk belajar bagaimana mengelola sampah.

itu sih klo dari gw vid

Erny Mardhani: 
Liat website www.bordasea.org trus cri bidang DESWAM ada video juga ttg metode pengelolaan sampah skala rumah tangga dri kasus2 beberapa daerah di indonesia. Smoga bisa membantu bidang tsb khusus pengelolaan sampah berbasis komunitas skala rumh tangga bung

Amin Fadlillah: 
ada satu kelurahan di bilangan jakarta bisa mengatasi masalah ini, pernah di liput tv juga tapi lupa nama tempatnya.hehe

Kresna Wijaya Muladi: 
coba lihat gimana kondisi TPA nya.. apakah sudah ada TPA atau belum?? apakah masih memenuhi standar atau belum?? jika masih memenuhi standar, dan tempatnya cukup terjangkau, kenapa tidak dibuatkan sistem pengangkutan sampah yang lebih baik saja.. setidaknya untuk sementara, menimbang dinas kebersihan tidak mempunyai cukup armada untuk mengangkut sampah tersebut. ini bisa dijadikan bisnis pengangkutan sampah yang menguntungkan. memang solusi yang ditawarkan belum berbasis sustainable development, tetapi cukup untuk mengatasi kondisi sementara dan menjadi lahan keuntungan..

Muhamad Rifefan: 
Mungkin bank sampah bisa jadi alternatif, dan juga gerakan memilah sampah,serta pengedukasian bhwa sampah itu ga cuma harus dibuang tapi juga dikelola

Yg jadi masalah umumnya menjaga konsistensi pengelolaan sampah itu sndiri,manajemen dan SOP harus dibuat sesuai dgan pemahaman masyrakat skitar, kdang ide kita terbentur ama realita dilapangan, ya itu lah tantangannya.

Jadi kalo menurutku,mending sadarkan dulu masyarakatnya. . Nanti kalo udah tercerahkan,masyarakat akn bergerak dan bhkan bkal bnyak opsi dari masyrakat itu sndiri.
Jgan terburu bkin ini itu yg mereka belum ada kesadaran untk menggunakan :)

Husni Bramantyo:
Menanggapi cerita intine doang dulu: Kenapa buang sampah di situ?

Faktanya seperti itu, insightnya seperti apa?
(´Oƪ)°˚

Iqbal Muhammad Yaris: 
dijakarta sampah sngat banyak betebaran bukan pada tempatnya, akan tetapi karena banyak pemulung dan ada orang yg sadar tentang nilai ekonomis dri sampah malah sampah2 trsebut diduitin, yg malah menjadi PR besar pemda adalah pola hidup masyarakat yg mau praktis membuang sampah digot/drainasee atau sungai2 bahkan yg paling parah BKT (banjir kanal timur)yg diperuntukan untuk menambung air berlebih dijakarta ketika musim hujan sudah mulai banyak sampahnya. makanya tidak heran apabila pemda menganggarkan lebih dari 1T setia tahunnya masalah sampah ini tidak slsai dari mengangkatan sampah disungai yg setiap harinya lebih dari 30truk dan pengerukan got2 dan drainase, mungkin lebih trpat apabila ini dimulai dari manusianya itu sendiri, mungkin dengan menggiatkan kampanye pola hidup sehat salah satunya dengan membuang sampah pada tempatny.

Fie Wayah Hambali Mantap:
pak Bos.. Salah satunya "Bali ndeso Bangun Ndeso!!" Ayoo pak Mufid, jadilah penerus perjuangan kemakmuran rakyat Lombok.. Lanjutkan!!

Khoirunnisa Fatmawati: 
Sampah selalu jadi problem utama di berbagai daerah. Mmm..tapi kalau sudah ttg sampah begini, jangan sampai kita jadi kacang yg lupa kulit kayaknya ya. Buat gerakan semacam 100 bak sampah saja kayaknya. Jadi membiasakan masyarakat u/buang sampah pd tempatnya. Baru kemudian kita cari altenatif sampah itu akan dikemanakan. Bisa jadi dengan lebih memberdayakan UKM kerajinan tangan dan fokuskan pd kesejahteraan pengelola sampah. Itu pendapatku mufiid.. :D

Ali Abdoell:
Top Down aja fid, buat kesadaran mengenai "Dampak Drainase" melalui orang-orang yang memiliki power di daerah tersebut. misal: ketua RT/RW dan kepala desa setempat.

Khoirunnisa Fatmawati: 
Insya Allah Mufid. Nanti cepat atau lambat kita harus action nih, agar nggak ada kejadian kayak di film Wall-E. Agak curiga juga kalau problematika "gunung sampah" ini akibat lunturnya hakikat gotong royong dalam masyarakat. Harus segera kita benahi..

Brian Ferry Anggara:
saya mungkin gak begitu bisa baca 1 persatu alasan atau masukan diatas sebelumnya cm saya sepakat dengan beberapa ide diatas> menurut saya pribadi kesimpulannya yg ada diatas adalah 1. kita lihat TPA apakah memungkinkan untuk pembuangan. 2. bisa menggunakan pemda untuk hal penaganan karna mereka yg punya peralatan. 3. timbulkan kesadaran tentang kebersihan mulai dari lingkungan sendiri atau lingkungan yng gampang untuk disadarkan dan dibina atau dibimbing dan berlanjut ke kawasan yg lainnya sesuai dengan regional atau ring. untuk pendekatan atau sosialisasi dengan bantuan tetua atau kepala desa setempat bisa digunakan kedekatan emosional tentunya. 4. ada baiknya pergunakan bang sampah tentunya untuk memudahkan. masalah dr pada sampah ini sendiri adalah kemana kita akan meleburnya dan apakah sampah bisa dijadikan uang atau pemasukan? mungkin sgala sesuatu sudah terpikirkan oleh saudara mufid sendiri cm gak akan bisa berfungsi tanpa ada dukungan dr lingkungan dan pemda setempat. 

Kamis

Capai Mimpi di Usia Muda

Bareng Young On Top Yogyakarta



Siapa sih yang tidak ingin mencapai mimpinya di usia muda? Tentu semua ingin. Lalu apa yang harus dilakukan? Kita perlu belajar dari teman-teman Young On Top Yogyakarta.

Young On Top (YOT) adalah komunitas anak muda yang ingin belajar dan berbagi. Komunitas ini terbentuk dari sebuah buku yang ditulis oleh Billy Boen berjudul Young On Top. Billy Boen adalah entrepreneur muda yang pernah menjabat sebagai General Manager Oakley di usia 26 tahun. Buku YOT merupakan pembahasan pemikiran, etika, serta karakter yang menginspirasi anak muda Indonesia agar bisa sukses di usia belia. "Kalau bisa sukses di usia muda, kenapa mesti nunggu tua?" adalah pesan yang dibawa buku berciri khas warna kuning hitam ini.

Virus positif Buku YOT lalu mulai menyebar ke seluruh daerah di Indonesia. Komunitas YOTers, panggilan akrab anggota YOT, terbentuk di berbagai kota, termasuk Yogyakarta. Komunitas YOT Yogyakarta yang  berdiri sejak tahun 2012 ini mengajak anak-anak muda Jogja, untuk saling belajar dan berbagi melalui berbagai diskusi dan kegiatan positif. “Kita ingin menjadi bagian dari anak-anak muda yang bisa berprestasi dan menginspirasi orang di sekitarnya. Menjadi bagian dari stronger generation for Indonesia,” tutur Enggar Pradityo, inisiator YOT Yogyakarta.

Tiap bulannya YOT Yogyakarta rutin mengadakan YOT Gathering, sebagai ruang untuk saling belajar dan berbagi antar YOTers. YOTers bisa bertukar pengetahuan baru yang didapatnya dari pengalaman sehari-hari.
YOT Gathering juga menghadirkan inspirator-inspirator yang punya prestasi di bidangnya, seperti Billy Boen (founder Young On Top), Bunga Mega  (founder komunitas @cewequat), Andita Dhanasti Asry (YOT Campus Ambassador) dan Sirly W Nasir (Chairwoman PERHUMAS Muda). 

Pada tahun 2013, YOT Yogyakarta mengadakan YOT Motivation ke Panti Asuhan An-Nur di daerah Bantul, Yogyakarta. Melalui YOT Motivation ini, YOTers mengajak adik-adik yatim An-Nur agar berani bermimpi besar. Melalui media interaktif dan sederhana, YOTers berbagi pengalaman dan value Young On Top, agar adik-adik yatim termotivasi untuk berprestasi sejak dini.

 “Agar sukses di usia muda, kita harus banyak belajar. Tapi yang terpenting, jangan lupa berbagi sebanyak mungkin. Learn and share adalah semangat kami,” pungkas Enggar.

Nah, ingin tahu update aktivitas YOTers Jogja selanjutnya? Follow twitter mereka @YOT_Yogyakarta atau gabung di www.youngontop.com. Terus belajar dan terus bagikan inspirasimu. See you on TOP!

Sabtu

Rumah Adat Kudus


Tiang terukir, dinding kayu terpahat 
Menjadi bagian penting dalam rumah adat
Berpadu dengan sentuhan seniman yang tulus
Menampakkan citarasa tinggi khas daerah Kudus
-Mufid Salim

Jumat

Wanita Pejuang Kemanusiaan


Tergetar hati melihat tayangan Kick Andy malam ini yang berjudul THE WARRIOR PRINCESS. Betapa mereka adalah wanita-wanita hebat. Wanita-wanita berhati baja nan besar. Mereka rela memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan yang mereka yakini. 

Mereka bukan wanita yang hanya duduk di rumah. Mereka bukan wanita yang bergosip dengan tetangga. Mereka bukan wanita yang hanya menghabiskan waktu berkaraoke atau berbelanja. 

Mereka berkontribusi, memperjuangkan sebuah nilai. Nilai -nilai yang terkadang kita kesampingkan. Kita yang belum melakukan apa-apa dalam hidup, patut belajar dari wanita-wanita ini. Agar hidup menjadi bermakna. Karena hidup bukan semata pencapaian angka-angka.

Mari berfikir, mari belajar.

Bagaimana pendapatmu?

Selasa

Let's talk about #passion


Sebelum rehat malam ini, saya mau mencoba berbagi renungan dengan teman-teman di seentaro negeri. Kali ini saya ingin berbagi pemikiran tentang makna berkarya. Saya teringat dengan nasehat salah seorang guru di kampus, bahwa membuat setiap apa yang kita lakukan sebagai sebuah mahakarya, maka kepuasannya akan berbeda, hasilnya pun akan berbeda. 

Berkarya bukan berbicara tentang benefit atau uang yang dihasilkan dari suatu tugas atau pekerjaan,tapi kebanggaan setelah melakukannya. Sesuatu yang membuat kita bisa berkata "we have did it!" Maka kita pun akan melakukannya dengan sepenuh hati dan semaksimal usaha. Apalagi yang kita kerjakan itu memang menjadi bagian dari passion kita. Ketika mengerjakannya, membuat hati riang. Dan setelah selesai pikiran menjadi senang.  

Berbicara mengenai passion, beberapa teman membenarkan bahwa mengerjakan sesuatu yang jadi passion kita akan membuat kita merasa hidup. Hidup dengan cara yang selalu menyenangkan tiap waktunya. Karena memang kita senang mengerjakannya. Dan sesuatu itu bisa bermanfaat buat diri kita, terlebih juga orang lain. 

Belajar dari pengalaman beberapa teman, terkadang mengerjakan mengerjakan hal yang menjadi passion kita, bisa menjadi ruang refreshing dikala tugas-tugas menumpuk ataupun suasana hati sedang jenuh. Semacam meletupkan energi kala engine kita sedang down.

Jika kita sudah menemukan apa yang menjadi passion kita, ada baiknya untuk mengembangkannya. Caranya dengan sharing bersama teman-teman sejawat yang memiliki passion sama. Obrolan-obrolan dengan teman sejawat bisa membantu kita menemukan ide baru. Ide-ide yang membuat kita bisa berkarya atau memberi solusi terhadap suatu permasalahan, sesuai dengan bidang yang kita tekuni.

Obrolan juga akan bisa lebih berkembang jika teman-teman sejawat yang punya passion sama tersebut, punya latar belakang bidang yang berbeda.  Ide awal yang sederhana bisa jadi makin kaya ketika diberi tambahan bermacam-macam perspektif. Memperbanyak obrolan positif dengan banyak orang positif akan membantu mengembangkan ide kita. Obrolan akan memperkuat ide kita.

Nah, jadi mulai sekarang, yuk kita mulai menyelami passion kita, lanjutkan dengan sharing bersama teman-teman positif, temukan ide-ide keren dan eksekusi bareng-bareng. Keliatannya, akan selalu menjadi hal yang seru deh. Gimana menurut rekan-rekan?


Minggu

Mahasiswa Bicara!




Seperti halnya perokok, semua perokok tau bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan dan merugikannya secara ekonomi. Tapi tak pernah mudah bagi perokok untuk menghentikan kebiasannya itu. Maka, jika sebuah negara ingin mengurangi jumlah perokok, bukanlah dengan cara menyuruh perokok berhenti dengan menakut-nakutinya, atau membatasi hak perokok untuk merokok sementara penjual dan industri rokok dibiarkan begitu saja. Jika ingin mengurangi jumlah perokok, hal yang paling ekstrem (jika berani) adalah dengan melarang industri dan juga peredaran rokok. Tetapi yang paling bijak adalah, dengan mencegah perokok-perokok baru (yang nantinya akan sulit berhenti merokok). Lakukan edukasi terhadap para pemuda yang sering memulai ‘belajar’ merokok karena alasan-alasan yang remeh-temeh, gengsi, misalnya. Perketat larangan penjualan rokok pada anak di bawah umur. Atau, upaya-upaya lain yang preventif, bukan mengurusi yang sudah terlajur jadi perokok.

Nah, ibarat persoalan rokok, memberesi mental jurnalis untuk melahirkan generasi jurnalis dan jurnalisme yang berkualitas, akan sulit dilakukan pada para jurnalis yang sudah dikotori oleh berbagai tekanan dan kepentingan seperti yang sudah dibahas di atas. Untuk melahirkan generasi jurnalis yang baik, akan lebih efektif jika dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai jurnalisme yang ideal itu di kalangan generasi baru, baik yang sudah menjadi jurnalis, maupun yang baru berstatus calon atau bercita-cita menjadi jurnalis.

Pers kampus - yang dikelola oleh mahasiswa atau pelajar -  adalah generasi emas. Mereka adalah generasi pers yang masih polos atau bersih. Mereka masih cenderung bebas dari kepentingan. Mereka masih cenderung bebas dari tekanan. Mereka harus dijaga agar tetap seperti itu, ketika suatu saat mereka terjun ke dalam dunia jurnalistik yang nyata. Berilah mereka imunisasi agar kebal dari infiltasi kepentringan, juga kekuatan untuk menghadapi tekanan, dan kukuh dalam idealisme jurnalisme yang sesungguhnya.

Tulisan-tulisan dalam buku ini adalah hasil dari upaya untuk belajar menjadi generasi pers yang bebas dari kepentingan dan tekanan. Tidak perlu rasanya memperdebatkan atau menggugat hasil yang tertampak –yang mungkin masih banyak kekurangan di sana-sini, terutama dalam hal teknis. Karya-karya ini bukan hasil akhir, tapi proses. Proses untuk menjadi jurnalis yang peka terhadap persoalan di sekitarnya, jurnalis yang bebas menyuarakan kata hatinya, jurnalis yang bebas dari kepentingan, jurnalis yang memegang teguh idealismenya, taat pada rambu dan etika jurnalisme, dan proses untuk menjadi jurnalis yang membawa manfaat bagi khalayaknya. 

Buku ini diterbitkan atas kerjasama:
Program Studi Ilmu Komunikasi Uin Sunan Kalijaga Jogja
Komunitas Rumah Inspirasi Idekata
dan Penerbit Galuh Patria

Informasi Pemesanan:
Amin [0818 0391 2005 ] 

galuhpatriapublishing@gmail.com

Jumat

Cepatnya Sebuah Kematian


Ada cerita, moga berguna....

Seusai dhuha pagi ini, ingatan saya melayang jauh ke masa-masa awal kuliah dan berpindah kos. Tersebutlah seorang wanita paruh baya berperawakan gemuk. Saya memanggilnya Bude Nar. Beliau adalah kakak dari Pak Gun, pemilik kos yang saya tinggali sejak awal kuliah. Kami para anak-anak kos mengenalnya cukup dekat. Dari seluruh anggota keluarga Pak Gun, beliau lah yang paling dekat. Karena beliau yang lebih sering mengurusi administrasi kos-kosn. 

Bude Nar cukup disiplin mengenai kebersihan kos kami. Jika plastik sampah mulai penuh, beliau akan mengingatkan agar kami segera membuangnya. Jika mengecek kamar mandi dan menemukan bekas sachet sampoo yang tidak di buang di tempat sampah, beliau langsung memperingatkan teman-teman kos yang di temuinya. Jika kamar mandi mulai kotor, beliau langsung mengingatkan penghuni kos untuk membersihkan. Selang sehari, biasanya kami pun langsung melakukan operasi eksekusi sesuai komando dengan personil penuh. Dan setelahnya, teh panas dan gorengan selalu tersedia di meja tamu, siap tuk kami santap.

Saya pribadi juga mengenalnya cukup dekat. Saya sering diminta tolong berbagai hal. Karena mungkin usia Bude Nar sudah menginjak lanjut, beliau agak kurang akrab dengan berbagai gadget yang dimilikinya. Jika ada trouble, saya sering dipanggil untuk mengutak-atik. Beliau juga sering bercerita tentang penyakit yang dideritanya setiap selesai check up.

***

Enam bulan yang lalu, saya mendapat tugas pengabdian masyarakat. Karena tinggal cukup jauh di luar kota, saya jarang pulang ke kos. Jika ada urusan yang cukup penting, barulah saya ke kota. Kurang lebih sebulan bertugas, saya mendapat kabar kalau Bude Nar jatuh sakit dan harus opname. Saya cukup kaget. Karena tak banyak yang bisa kami lakukan, kami hanya mendo’akannya agar segera sembuh. Akhirnya selang beberapa hari, beliau sudah baikan dan di ijinkan pulang.

Seusai masa tugas, saya kembali ke kos. Bude Nar sempat bercerita tentang penyakit terakhir yang dideritanya. Saya mendapati perawakannya sudah berubah dari semenjak saya berangkat bertugas. Beliau tampak kurus dan tertatih-tatih. Mungkin karena penyakit yang dideritanya.

Empat bulan yang lalu, saya mendapat tugas kerja keluar daerah. Selama itu saya tidak mengetahui kabar beliau. Sampai sebulan yang lalu saya kembali pun, teman-teman kos hanya tahu kalau beliau dirawat dikampung halamannya, Magetan.

Tiga hari yang lalu, saat sedang mencuci sepeda motor. Sayup-sayup saya mendengar suara memanggil nama saya. Beberapa saat, saya kebingungan mencari asal suara. Sampai akhirnya saya mengetahui asal suara, yaitu dari dalam rumah. Saya memastikan itu suara Bude Nar. Beliau meminta saya masuk. 

Setelah mengucap salam, saya masuk ke dalam rumah. Saya kaget luar biasa mendapati Bude Nar terbaring lemah di atas kasur. Hanya wajah kurusnya yang tampak. Saya sempat tak percaya, kalau ternyata selama ini beliau dirawat di rumah. Sambil berbicara lirih, beliau meminta tolong saya untuk memanggilkan salah seorang tetangga rumah. 

Tadi malam, pukul 22.15 saat sedang berdiskusi dengan beberapa teman, saya mendapat sms dari salah satu rekan kos. “Inna lillah wa inna ilaiha raji’un… Bude Nar wafat, barusan jam 10”. Dalam hati saya mengucapkan tarji’. Selama beberapa saat, saya tercenung mendengar kabar duka ini. Tak menduga jika beliau pergi secepat ni. Tak menduga jika kemarin adalah permintaan tolong terakhir beliau.

Sepulang ke kos, saya langsung ikut sholat jenazah bersama rekan kos, keluarga dan tetangga yang lain. Setelah di sholatkan, kami turut menghantar jenazahnya ke mobil ambulans. Rencananya, beliau akan dimakamkan di Magetan.

Kembali ke pagi ini, saya mencoba merenung. Menyelami makna yang tersimpul dalam perjalanan waktu ini. Kematian selalu mengingatkan akan batas waktu hidup kita. Melewati berbagai tahapan dalam hidup kita, kala menghampiri orang-orang yang kita kenal. Sangat cepat. Tak terduga.

Bagaimana jika selanjutnya kita? Apa kenangan yang ingin ditinggalkan di memori orang-orang yang mengenal kita?

Mari bermanfaat tuk sesama.

Sabtu

Ketulusan Warga Jogja



Ada cerita menarik pagi ini, moga menginspirasi....

Seperti biasa, pagi hari saya berjalan-jalan di sekitar kosan. Walaupun secara administratif masuk dalam wilayah Pemerintah Kota, namun daerah tempat saya tinggal tidak begitu ramai seperti layaknya wilayah lain. Suasana kampung masih kental terasa. Setiap pagi masih banyak warga yang berjalan jalan untuk merenggangkan badan. Di pinggiran jalan, beberapa ibu-ibu menjajakan jajanan tradisional dan sarapan pagi. Bapak-bapak penjual soto juga tampak menikmati racikan masakannya. Dagangan mereka tak pernah sepi. Benar-benar nafas kehidupan penuh harmoni.

Setelah berlari-lari kecil memutari perkampungan, tak beberapa lama saya dikejutkan dengan suara keras. 

Brakkkk.....

Sebuah kecelakaan terjadi tak jauh di depanku. Seorang gadis muda tampak terkapar di jalan. Posisi kepala belakang membentur aspal. Beruntung, helm putih si gadis masih melekat kuat. Sehingga dapat meredam kerasnya energi yang menghantam. Saya tidak melihat persis kronologi kejadian. Karena kecelakan itu begitu cepat. Secepat laju kendaraan si gadis.

Serentak ibu-ibu dan bapak-bapak yang ada di sekitar lokasi langsung menghampiri gadis tersebut. Membopongnya ke pinggir jalan. Memberikan pertolongan pertama dan berusaha menenangkan kondisi. Si gadis tampak masih terkejut dengan kejadian yang menimpanya. Seorang bapak paruh baya segera membawakan air putih dari dalam rumahnya. Seorang ibu memastikan kondisi tubuh si gadis tidak terluka parah. Seorang bapak lainnya berusaha menegakkan tubuh si gadis dan melepas helm yang dikenakannya. Seorang ibu yang lebih muda mengusap-usap kening si gadis dan mengajaknya bicara. 

Tak lama, si gadis mulai tampak tenang. Bernafas pelan teratur. Dan mampu menjawab. Ia berterima kasih dan mengatakan dirinya tak apa-apa. Alhamdulillah..

Saya tertegun mengamati kejadian itu. Dalam hati saya mensyukuri dapat menyaksikan kejadian pagi ini. Saya bersyukur menjadi saksi kebaikan dan ketulusan dari bapak-bapak dan ibu-ibu tersebut. Kebaikan dan ketulusan yang mungkin mulai luntur di tempat lain. 

Yeah, Yogyakarta di balik pacu derap langkahnya, tetap tak meninggalkan jati dirinya. Selalu menawarkan senyum tulus bagi siapa pun yang menghampirinya.

Yogyakarta selalu berhati nyaman. Bagi siapapun. Semoga sampai kapanpun. 
Terimakasih, saya belajar sesuatu hari ini...

Selasa

Mengajar Atau Membuat Kapok?


Ada cerita, moga berguna...
Sebuah cerita sore hari ini. Saya persembahkan untuk orang tua, calon orang tua, guru, pendidik dan semua orang yang berinteraksi dengan anak-anak.


Tadi sehabis maghrib, seperti biasa saya mengajar ngaji anak-anak di masjid dekat kos. Namun, ada yang mengejutkan saya hari ini. Di salah satu sudut masjid ada seorang ibu, yang merupakan guru ngaji tetap di masjid itu, sedang marah dengan hebat. 

Perkaranya ada salah satu anak yang dituduh "melompat" halaman, sehingga hampir khatam (selesai-Pen) lebih cepat. Si anak berusaha membela diri dengan nada lirih. Namun si ibu semakin keras memarahi si anak. Hingga akhirnya si anak menangis. Si ibu tak kunjung berhenti memarahi.

Saya tidak tahu siapa yang benar dalam kondisi ini. Saya hanya amat sangat kecewa dengan cara si ibu. Dalam hati saya bertanya, "Bu, anda mau mengajar anak mengaji atau malah mau membuat anak kapok mengaji? Apa ibu tidak berfikir akibat jangka panjang kemarahan berlebihan ini?"

Bisa jadi si anak memang salah. Namun saya kurang setuju jika dia dihakimi sedemikian rupa dihadapan teman-temannya. Menurut saya, anak-anak memang terkadang mempermainkan sesuatu. Mengaji sambil bermain. Sholat sambil bermain.  Belajar sambil bermain. Namun, itulah dunia mereka. Kita saja lah yang terlalu serius. Dan memaksa anak-anak untuk ikut serius. 

Kejadian serupa mungkin bukan kali pertama terjadi. Di tempat-tempat belajar lain, di ruang-ruang kelas, bahkan di rumah pun, anak-anak selalu menjadi objek pelampiasan emosi kita para orang tua. Anak-anak bukanlah seperti tanah liat yang bisa bebas kita bentuk dan warnai menjadi keramik seperti yang kita suka. Mereka terlahir dengan bentuk dan warnanya sendiri. 

Tugas kita adalah menempatkannya pada tempat yang tepat, memolesnya agar warnanya semakin cerah dan merawatnya agar mereka bisa menjadi keramik yang bernilai tinggi. Jika mereka salah, kita bisa memberi nasehat dengan cara yang bisa diterima mereka. Kita sebagai orang tua, katanya lebih dewasa, lah yang harus menyesuaikan diri dengan anak-anak.

Sambil terus melanjutkan mengajar ngaji, tidak sadar si anak sudah duduk di belakang saya sambil tersedu. Saya menoleh, merangkul dan mengusap kepalanya sambil berusaha menghibur.

"Sudah ya dek, jangan nangis terus. Cah lanang kok (anak laki-laki kok-Pen). Ntar mas aja yang ngajar ngaji. Sekarang kita tos dulu"

Si anak membalas tos saya dan kemudian tangisnya terhenti. Saya pun tersenyum. 
Anak-anak memang hanya butuh dimengerti :)

Senin

Just The Beginning

Thank you to my Communication Department of UIN Sunan Kalijaga.
The souvenir look so good.

Thank you so much to my Dad & Mom for send me an awesome sovenir from Lombok.
It's mesmerized everybody here.

Our Corporate Affairs team. Full of passion to find great idea everyday!

Great father, great son!