Seperti halnya perokok, semua perokok tau bahwa merokok itu berbahaya bagi kesehatan dan merugikannya secara ekonomi. Tapi tak pernah mudah bagi perokok untuk menghentikan kebiasannya itu. Maka, jika sebuah negara ingin mengurangi jumlah perokok, bukanlah dengan cara menyuruh perokok berhenti dengan menakut-nakutinya, atau membatasi hak perokok untuk merokok sementara penjual dan industri rokok dibiarkan begitu saja. Jika ingin mengurangi jumlah perokok, hal yang paling ekstrem (jika berani) adalah dengan melarang industri dan juga peredaran rokok. Tetapi yang paling bijak adalah, dengan mencegah perokok-perokok baru (yang nantinya akan sulit berhenti merokok). Lakukan edukasi terhadap para pemuda yang sering memulai ‘belajar’ merokok karena alasan-alasan yang remeh-temeh, gengsi, misalnya. Perketat larangan penjualan rokok pada anak di bawah umur. Atau, upaya-upaya lain yang preventif, bukan mengurusi yang sudah terlajur jadi perokok.
Nah, ibarat persoalan rokok, memberesi mental jurnalis untuk melahirkan generasi jurnalis dan jurnalisme yang berkualitas, akan sulit dilakukan pada para jurnalis yang sudah dikotori oleh berbagai tekanan dan kepentingan seperti yang sudah dibahas di atas. Untuk melahirkan generasi jurnalis yang baik, akan lebih efektif jika dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai jurnalisme yang ideal itu di kalangan generasi baru, baik yang sudah menjadi jurnalis, maupun yang baru berstatus calon atau bercita-cita menjadi jurnalis.
Pers kampus - yang dikelola oleh mahasiswa atau pelajar - adalah generasi emas. Mereka adalah generasi pers yang masih polos atau bersih. Mereka masih cenderung bebas dari kepentingan. Mereka masih cenderung bebas dari tekanan. Mereka harus dijaga agar tetap seperti itu, ketika suatu saat mereka terjun ke dalam dunia jurnalistik yang nyata. Berilah mereka imunisasi agar kebal dari infiltasi kepentringan, juga kekuatan untuk menghadapi tekanan, dan kukuh dalam idealisme jurnalisme yang sesungguhnya.
Tulisan-tulisan dalam buku ini adalah hasil dari upaya untuk belajar menjadi generasi pers yang bebas dari kepentingan dan tekanan. Tidak perlu rasanya memperdebatkan atau menggugat hasil yang tertampak –yang mungkin masih banyak kekurangan di sana-sini, terutama dalam hal teknis. Karya-karya ini bukan hasil akhir, tapi proses. Proses untuk menjadi jurnalis yang peka terhadap persoalan di sekitarnya, jurnalis yang bebas menyuarakan kata hatinya, jurnalis yang bebas dari kepentingan, jurnalis yang memegang teguh idealismenya, taat pada rambu dan etika jurnalisme, dan proses untuk menjadi jurnalis yang membawa manfaat bagi khalayaknya.
Buku ini diterbitkan atas kerjasama:
Program Studi Ilmu Komunikasi Uin Sunan Kalijaga Jogja
Komunitas Rumah Inspirasi Idekata
dan Penerbit Galuh Patria
Informasi Pemesanan:
Amin [0818 0391 2005 ]
galuhpatriapublishing@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar