Sabtu

KPI Bicara Soal Iklan

IKLAN MENDORONG PERILAKU KONSUMTIF!


Wawancara dengan Dr. Iswandi Syahputra, M.Si:
Anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat dan Dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
 

Periklanan di Indonesia telah menjadi industri yang terus berkembang. Hampir semua ruang publik dipenuhi oleh iklan. Akan tetapi banyak iklan yang mengabaikan etika, mendorong konsumerisme, membodohi, dan eksploitasi golongan tertentu.
 “Kita lihat misalnya ada beberapa iklan yang mengesampingkan aspek kejujuran dalam diri anak. Ada iklan yang mengajarkan kebohongan pada anak-anak. Ada juga iklan yang mengekploitasi dokter, atau mengekpoitasi anak. Memang terlihat menjanjikan, tetapi tidak sehat,” kata Iswandi Syahputra, anggota Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat. “Iklan hari ini telah masuk dalam rawa-rawa industri. Dalam sistem itu, terkadang pembuat iklan tidak lagi berfikir apakah melanggar norma atau tidak, yang terpenting adalah bagaimana iklan itu dikemas secara menarik. Jika menarik, maka diharapakan akan banyak ditonton. Dengan banyak ditonton maka asumsinya akan banyak dibeli.” 
Menurut dosen Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga ini, iklan kita sama sekali belum mendidik masyarakat. “Idealnya, sebuah iklan dibuat untuk menginformasikan keunggulan sebuah produk sehingga dapat menarik konsumen, bukan mendorong orang berperilaku konsumtif.” Iswandi menyoroti, iklan telah mendorong orang belanja di luar batas kemampuannya. “Misalnya, fungsi dari handphone adalah alat untuk berkomunikasi. Namun karena gencarnya iklan, fungsinya berubah menjadi gaya hidup. Masyarakat membelinya lebih kepada status sosial.” Oleh karena itu, Iswandi mengharapkan Dewan Kode Etik Periklanan untuk segera  merevisi  kode etik periklanan. (Tim UIN Suka)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar