Beberapa waktu lalu, saya berbagi pemikiran dengan beberapa sahabat mengenai permasalahan yang ada di pulau Lombok, NTB. Fokus permasalahan yang saya angkat mengenai sampah. Saya memanfaatkan social media untuk mengangkat permasalahan ini menjadi topik diskusi. Berikut cerita lengkapnya:
Okey,kita mulai sharing malam ini tentang problematika sampah di lombok. Sharing ini bersifat terbuka. Jadi kalau ada rekan-rekan yang mau menanggapi, sangat dipersilahkan. Kita mencari solusi bersama.
Saya meninggalkan lombok cukup lama. Beberapa tahun saya habiskan untuk akhirnya bisa kembali sejenak. Banyak sekali yang berubah,terutama dari pertumbuhan penduduk di wilayah kota Mataram. Hal ini tampak dari pertumbuhan perumahan di wilayah2 pengembangan kota Mataram. Beberapa tahun lalu, di samping kanan, kiri dan belakang rumah saya adalah area persawahan. Tapi sekarang,sawah-sawah itu sudah berubah menjadi komplek-komplek perumahan. Sungai-sungai tempat saya & rekan-rekan masa kecil dahulu mencari ikan, sudah diapit oleh tembok-tembok.
Nah,pertumbuhan pemukiman di lombok ini tentu memunculkan problematika baru. Salah satunya adalah sampah. Setelah berkeliling selama dua minggu ini, saya memandang bahwa sampah menjadi problem cukup serius di lombok. Di batas wilayah pemukiman-pemukiman, biasanya ada titik pembuangan sampah "liar". Yang saya maksudkan "Liar" dalam arti, sampah tidak dikelola oleh dinas kebersihan kota. Masyarakat membuang sendiri di titik itu,hingga menumpuk. Sisi negatif yang muncul dari titik sampah "Liar" itu adalah bau yg tak sedap dan pemandangan yg kurang nyaman. Padahal, seiring dengan pertumbuhan ekonomi lombok, permasalahan sampah ini harus mulai dianggap serius. Kita perlu belajar dari tetangga terkait hal ini.
Ternyata, problematika sampah ini juga tidak hanya terjadi di daerah kantung urban lombok tetapi juga di wilayah pedesaan. Kemarin saya berjalan-jalan ke daerah KarangBayan. Saya juga menemukan tumpukan sampah hingga menggunung di batas salah satu desa. Sampah yang ada di salah desa itu juga berserakan di sepanjang jalan setapak menuju area perkebunan dan persawahan.
Tadi pagi,saat saya hendak menanam pohon Glodokan Tiang di pinggir ruas jalan depan halaman rumah. Saya jg menemukan banyak potongan kecil sampah plastik. Perbandingannya,dalam volume lubang 30 x 30 x 50 cm, saya menemukan potongan sampah plastik hingga mencapai volume 150 ml kemasan botol air kemasan.
Kebayang kan, kualitas tanah di sekitarnya? Dan ini bakal berlangsung hingga bertahun-tahun. Padahal sampahnya sendiri sulit terurai. Yang diperlukan memang campaign buat penyadaran,agar masyarakat ngurangi habit buang sampah sembarangan di jalan. Atau dengan pengelolaan Bank Sampah berbasis gotong royong seperti yang dikembangkan di Jogja.
Mungkin, ada rekan-rekan yang punya metode pengelolaan sampah yang baik, mau menyempatkan berbagi ilmu dan pengalamannya di lombok? Saya dengan senang hati melanjutkan diskusi sampah ini lebih serius dg rekan-rekan yang mau membantu.
Itu sekilas cerita dari lombok dengan problematika sampahnya..
Bagaimana ceritamu?
Saya bersyukur, ternyata banyak sahabat-sahabat yang peduli dengan permasalahan ini. Hal ini tampak dari feedback yang mereka berikan terhadap topik diskusi saya. Berikut beberapa ide mereka yang berhasil saya kumpulkan
Andra Muhammad Afkhori:
sampah it di mulai dr ksadaran diri....dan pemerintah jg harus memfasilitasi dg diperbanyak tmpat smpah.....
Terabyte Damn:
pake bahasa yang awam vid.. masyarakat kita kalo diterangin pke wawasan2 luas dan bahasa2 yang agak berat bakal susah diterima. :)
Muhamad Rifefan:
Kalo di sleman (tmpt KKN) Hubungi dinas PU ,biasanya akan ada tindak lanjut.
Untk edukasi pengelolaan sampah ada dari KLH(kantr ling hdup) stempat :)
Terabyte Damn:
temui tokoh2 masyarakat setempat... ajak diskusi...
atau ente bisa adakan acara yang melibatkan masyarakat setempat. seperti lomba2..
lomba kebersihan mungkin..
atau adakan acara yang kiranya menarik masyarakat sana untuk mengikuti acara tsb. kemudian d puncak acara, baru ente ajakin mereka untuk belajar bagaimana mengelola sampah.
itu sih klo dari gw vid
Erny Mardhani:
Liat website www.bordasea.org trus cri bidang DESWAM ada video juga ttg metode pengelolaan sampah skala rumah tangga dri kasus2 beberapa daerah di indonesia. Smoga bisa membantu bidang tsb khusus pengelolaan sampah berbasis komunitas skala rumh tangga bung
Amin Fadlillah:
ada satu kelurahan di bilangan jakarta bisa mengatasi masalah ini, pernah di liput tv juga tapi lupa nama tempatnya.hehe
Kresna Wijaya Muladi:
coba lihat gimana kondisi TPA nya.. apakah sudah ada TPA atau belum?? apakah masih memenuhi standar atau belum?? jika masih memenuhi standar, dan tempatnya cukup terjangkau, kenapa tidak dibuatkan sistem pengangkutan sampah yang lebih baik saja.. setidaknya untuk sementara, menimbang dinas kebersihan tidak mempunyai cukup armada untuk mengangkut sampah tersebut. ini bisa dijadikan bisnis pengangkutan sampah yang menguntungkan. memang solusi yang ditawarkan belum berbasis sustainable development, tetapi cukup untuk mengatasi kondisi sementara dan menjadi lahan keuntungan..
Muhamad Rifefan:
Mungkin bank sampah bisa jadi alternatif, dan juga gerakan memilah sampah,serta pengedukasian bhwa sampah itu ga cuma harus dibuang tapi juga dikelola
Yg jadi masalah umumnya menjaga konsistensi pengelolaan sampah itu sndiri,manajemen dan SOP harus dibuat sesuai dgan pemahaman masyrakat skitar, kdang ide kita terbentur ama realita dilapangan, ya itu lah tantangannya.
Jadi kalo menurutku,mending sadarkan dulu masyarakatnya. . Nanti kalo udah tercerahkan,masyarakat akn bergerak dan bhkan bkal bnyak opsi dari masyrakat itu sndiri.
Jgan terburu bkin ini itu yg mereka belum ada kesadaran untk menggunakan :)
Husni Bramantyo:
Menanggapi cerita intine doang dulu: Kenapa buang sampah di situ?
Faktanya seperti itu, insightnya seperti apa?
(´Oƪ)°˚
Iqbal Muhammad Yaris:
dijakarta sampah sngat banyak betebaran bukan pada tempatnya, akan tetapi karena banyak pemulung dan ada orang yg sadar tentang nilai ekonomis dri sampah malah sampah2 trsebut diduitin, yg malah menjadi PR besar pemda adalah pola hidup masyarakat yg mau praktis membuang sampah digot/drainasee atau sungai2 bahkan yg paling parah BKT (banjir kanal timur)yg diperuntukan untuk menambung air berlebih dijakarta ketika musim hujan sudah mulai banyak sampahnya. makanya tidak heran apabila pemda menganggarkan lebih dari 1T setia tahunnya masalah sampah ini tidak slsai dari mengangkatan sampah disungai yg setiap harinya lebih dari 30truk dan pengerukan got2 dan drainase, mungkin lebih trpat apabila ini dimulai dari manusianya itu sendiri, mungkin dengan menggiatkan kampanye pola hidup sehat salah satunya dengan membuang sampah pada tempatny.
Fie Wayah Hambali Mantap:
pak Bos.. Salah satunya "Bali ndeso Bangun Ndeso!!" Ayoo pak Mufid, jadilah penerus perjuangan kemakmuran rakyat Lombok.. Lanjutkan!!
Khoirunnisa Fatmawati:
Sampah selalu jadi problem utama di berbagai daerah. Mmm..tapi kalau sudah ttg sampah begini, jangan sampai kita jadi kacang yg lupa kulit kayaknya ya. Buat gerakan semacam 100 bak sampah saja kayaknya. Jadi membiasakan masyarakat u/buang sampah pd tempatnya. Baru kemudian kita cari altenatif sampah itu akan dikemanakan. Bisa jadi dengan lebih memberdayakan UKM kerajinan tangan dan fokuskan pd kesejahteraan pengelola sampah. Itu pendapatku mufiid.. :D
Ali Abdoell:
Top Down aja fid, buat kesadaran mengenai "Dampak Drainase" melalui orang-orang yang memiliki power di daerah tersebut. misal: ketua RT/RW dan kepala desa setempat.
Khoirunnisa Fatmawati:
Insya Allah Mufid. Nanti cepat atau lambat kita harus action nih, agar nggak ada kejadian kayak di film Wall-E. Agak curiga juga kalau problematika "gunung sampah" ini akibat lunturnya hakikat gotong royong dalam masyarakat. Harus segera kita benahi..
Brian Ferry Anggara:
saya mungkin gak begitu bisa baca 1 persatu alasan atau masukan diatas sebelumnya cm saya sepakat dengan beberapa ide diatas> menurut saya pribadi kesimpulannya yg ada diatas adalah 1. kita lihat TPA apakah memungkinkan untuk pembuangan. 2. bisa menggunakan pemda untuk hal penaganan karna mereka yg punya peralatan. 3. timbulkan kesadaran tentang kebersihan mulai dari lingkungan sendiri atau lingkungan yng gampang untuk disadarkan dan dibina atau dibimbing dan berlanjut ke kawasan yg lainnya sesuai dengan regional atau ring. untuk pendekatan atau sosialisasi dengan bantuan tetua atau kepala desa setempat bisa digunakan kedekatan emosional tentunya. 4. ada baiknya pergunakan bang sampah tentunya untuk memudahkan. masalah dr pada sampah ini sendiri adalah kemana kita akan meleburnya dan apakah sampah bisa dijadikan uang atau pemasukan? mungkin sgala sesuatu sudah terpikirkan oleh saudara mufid sendiri cm gak akan bisa berfungsi tanpa ada dukungan dr lingkungan dan pemda setempat.