Kamis

Pantai Parangtritis


Jogja merupakan kota pariwisata. Begitu banyak objek-objek yang bisa kita nikmati di kota budaya ini. Setiap liburan tiba, Jogja selalu ramai dikunjungi wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Ada yang baru sekali, dua kali bahkan berkali-kali. Mereka tidak bosan-bosannya menikmati setiap pelosok kota ini. Saya pun yang sedang berkuliah di Jogja, tidak pernah bosan menikmati keindahan-keindahan yang tersebar. Selalu ada objek yang bisa dijadikan tempat berekreasi, berkumpul bersama teman-teman dan komunitas dan yang terpenting, mencari objek fotografi.
Juma'at lalu, 26 Februari 2010, saya dan teman-teman mengadakan touring ke Pantai Parangtritis. Bertepatan dengan tanggal merah, memperingati maulid nabi Muhammad SAW, sehingga suasana pantai cukup ramai. Kami berangkat dari kampus setelah ashar. Suasana Parangtritis paling indah, adalah pada jam-jam tersebut. Karena kita dapat menikmati merahnya mega langit, menjelang matahari terbenam.
Pada hari tersebut, angin bertiup agak kencang. Sehingga ombak beriak-riak lebih besar dari biasanya. Namun, tidak menyurutkan niat kami untuk mandi menikmati kesegaran air laut pantai. Sedikit saran untuk teman-teman yang akan mandi di pantai Parangtritis, agar berhati-hati dan tidak terlalu jauh bermain hingga ke tengah pantai. Karena cukup berbahaya, dan kerap menelan korban. Jadi, agar suasana liburan tidak rusak dengan keadaan yang tidak diinginkan, bertanggungjawablah terhadap diri sendiri.
Kami benar-benar menikmati suasana. Matahari berada pada posisi yang tepat. Sehingga menimbulkan mega merah yang indah. Di sebelahnya, terdapat awan yang membentuk seperti asap bom Atom. Ombak yang terus menerus menghampiri tepian, menimbulkan percikan air ketika menerpa tubuh. Kami melompat ketika ombak datang, menjatuhkan badan pada saat yang tepat, dan menerjang deburan ombak. Kami pun tertawa riang.
Saya memanfaatkan momen-momen tersebut, dengan mengambil foto sebanyak-banyaknya, tak ingin pulang dengan tangan hampa.
Ketika mentari benar-benar terbenam dalam luasnya lautan. Kami pun berkemas-kemas, untuk kemudian bersiap pulang.
Hati benar-benar lapang, semua beban pikiran hanyut begitu saja, ditelan ombak.
Adzan Maghrib yang syahdu, mengiringi perjalanan pulang. Kami pun shalat di masjid terdekat.

2 komentar: